Biografi Umar Tilmisani
07:59SYAIKH UMAR TILMISANI
(Mursyid III IkhwanulMuslimin, 1322-1406 H/1904-1986M)
Syaikh Umar Tilmisani adalah salah seorang dari tokoh-tokoh dai dan murabi. Nama penuhnya ialah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa Tilmisani. Beliau pernah menjawat jawatan sebagai Mursyidul Am Ikhwanul Muslimin setelah wafatnya Mursyidul ‘Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi,pada bulan November 1973.
Tempat, Tanggal Lahir dan Masa Kecil Syaikh Umar Tilmisani.
Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair. Beliau dilahirkan di kota Cairo pada tahun 1322 H/1904, di Jalan Hausy Qadam, Al-Ghauriyah. Ayah dan datuknya merupakan pedagang kain dan batu permata. Syaikh Umar Tilmisani mendapat pendidikan awal di sekolah yang dikelolai oleh yayasan sosial tingkatan menengah dan atas di Madrasah Ilhamiyah, kemudian melanjutkan pelajaran dalam bidang Fakulti Perundangan.
Pada Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat pengajian dalam bidang Fakulti Perundangan, kemudian mewujudkan sidang peguam di Syabin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.
Syaikh Umar Tilmisani merupakan peguam pertama yang bergabung dengan Ikhwan, mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Beliau termasuk salah seorang orang kuat Imam Asy- Syahid Hasan Al-Banna. Beliau sering menyertai Al-Banna dalam beberapa lawatan, baik di dalam mahupun di luar Mesir. Bahkan, Al-Banna sering meminta bantuannya dalam menyelesaikan beberapa masalah.
Syaikh Umar Tilmisani berkahwin ketika masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Isterinya wafat pada bulan Ogos 1979, setelah menyertainya selama setengah abad lebih. Dari pernikahan ini mereka dikurniakan empat orang anak; Abid, Abdul Fattah, dan dua orang puteri.
Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai peguam tidak membuatnya lupa memperkayakan diri dengan ilmu pengetahuan. Beliau banyak menelaah berbagai-bagai ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh, dan biografi para tokoh.
Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai-bagai konspirasi musuh Islam, baik di dalam mahupun di luar negeri. Beliau amat berwaspada, mengkaji, menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik, membantah tuduhan-tuduhan, mentahkikkan ungkapan-ungkapan, dan mengikis syubhat-syubhat yang dibuatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu ketinggian nilai agamanya kehinaan selain Islam. Sebab, tiada penolong setelah
Allah ta’ala dan tiada agama yang diredhai Allah selain Islam. Saya mula mengenali Syeikh Umar Tilmisani pada tahun 1949, ketika saya baru pertama kali tiba di Mesir untuk meneruskan pengajian di peringkat tinggi. Ketika itu ada perhimpunan yang dihadiri oleh para tokoh ikhwan, setelah syahidnya Imam Hasan Al Banna dan sebelum terpilihnya Mursyidul Am Kedua, Hasan Al Hudhaibi. Ketika itu kami sedang mendengar nasihat dan kajian yang dibuat oleh mereka. Dari situ, kami mengenali ketulusan hati budi, sopan santun, tawaddhuk, murah senyuman, serta kasih sayangnya pada setiap ahli ikhwanul muslimin, terutamanya generasi muda yang bercita-cita tinggi memetik buah sebelum gugur dan membalas perlakuan musuh setaraf dengan perlakuannya terhadap jamaah.
Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisani
Syaikh Umar Tilmisani meninggalkan kesan positif pada orang-orang yang mengenali atau berhubungan dengannya. Beliau dikurniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, kepetahan ungkapan yang keluar dari lisannya, lidah yang fasih dengan teknik berdebat, dan dialog yang sangat tersusun. Syaikh Umar Tilmisani menceritakan
komitmen dirinya, “. Kerana itu, saya tidak bermusuhan dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan Kitab Allah Ta ‘ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, meskipun tidak setuju
dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Kerana itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang kerana masalah peribadi.”
Tidak berlebihan kalau saya simpulkan bahawa siapa pun yang keluar dari majlisnya, pasti mengagumi, menghormati, dan mencintai dai unik yang menjadi murid Imam Hasan Al- Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan jamaahnya sebagai dai yang tulus dan ikhlas.
Akhlak dan Sifat Syaikh Umar Tilmisani
Syaikh Umar Tilmisani sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang melihatnya dari dekat. Orang yang sering duduk dan berdialog dengan Syaikh Umar Tilmisani merasakan betapa keras dan lamanya ujian yang beliau alami di penjara, malah mensterilkan dirinya, hingga tiada tempat di dalam dirinya selain kebenaran. Ia mendekam di balik jeruji besi selama hampir dua puluh tahun. Beliau masuk penjara pada tahun 1948, dan masuk lagi pada tahun 1954. Penguasa Mesir memenjarakannya
untuk ketiga kalinya tahun 1981. Namun, ujian-ujian itu tidak mempengaruhi dirinya, dan justeru menambah ketegasan dan ketegarannya.
Dalam wawancara dengan majalah Al- Yamamah Arab Saudi, edisi 14 Januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tabiat yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apa pun bentuknya. Ini bukan hanya sekadar sikap politik, tapi sikap peribadi yang berkait dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan
menggunakan kekerasan. Mungkin, saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan.” Surat Untuk Presiden Dalam surat terbuka untuk Presiden Mesir yang dimuatkan dalam surat khabar Asy-Sya’b Al- Qahiriyahn, edisi 14 Mac 1986, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Wahai presiden yang mulia, yang terpenting bagi kami, kaum muslimin Mesir, adalah menjadi bangsa yang aman, stabil,
dan tenang di bawah naungan syariat Allah Ta’ala. Sebab kemaslahatan umat ini terletak pada penerapan syariat-Nya. Tidak berlebihan bila saya katakan, bahawa penerapan syariat Allah Ta’ala di Mesir akan menjadi pembuka kebaikan bagi seluruh wilayahnya. Dengan itulah, penguasa dan seluruh rakyat mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan.”
Nasihat-nasihat Syaikh Umar Tilmisani
Dalam untaian nasihat yang disampaikan kepada generasi muda, dai Ikhwan, dan lainnya, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tentangan yang dialami dai sangat berat dan sukar. Kekuatan material berada di tangan musuh-musuh Islam yang bersatu untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeza. Jamaah Ikhwanul Muslimin sekarang menjadi sasaran tembak mereka.
Menurut logik dan akal manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tenteranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu datang dari Allah Ta’ala, bukan hanya bergantung pada jumlah dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta’ala.
Saya tidak meremehkan kekuatan peribadi, juga tidak meminta dai selalu membisu, zikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri, memukulkan telapak tangan, dan menongkatkan dagu, kerana itu semua bencana yang membahayakan dan mematikan.
Sesungguhnya, yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap satria, istiqomah, dan yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji hamba-bamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab
kemenangan. Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an merupakan argumen paling baik dalam masalah ini. Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen,tetapi sangat memerlukan kesabaran,kekuatan dan komitmen pada aturan Quranul Karim, dan mengkaji sirah generasi pendahulu yang telah menerapkannya di setiap aktiviti mereka.Itu penting, agar Allah Ta’ala mengurniakan kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir dianggap mustahil.”
Istiqamah dan Keberanian Syaikh Umar Tilmisani
Ustadz Umar Tilmisani dikenali sebagai seorang yang tegas di dalam mahupun di luar penjara. Beliau tidak pernah tunduk pada ancaman atau intimidasi. Beliau juga dikenali sebagai seorang yang zuhud, iffah (menjaga kehormatan, pent.), hanya takut kepada Allah Ta’ala, dan mengharapkan keredhaan-Nya. Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Saya tidak pernah takut kepada siapa pun selama hidupku, kecuali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada yang dapat menghalangku mengucapkan kebenaran yang saya yakini, meskipun orang lain merasa berat dan saya mendapat kesusahan kerananya.
Saya katakan apa yang ku yakini dengan tenang, mantap, dan sopan, agar tidak menyakiti pendengar atau melukai perasaannya. Saya juga berusaha menjauhi katakata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku. Dengan cara seperti itu, saya mendapatkan ketenangan jiwa. Andai cara ini tidak dapat merekrut banyak kawan, maka berdiam diri menjagaku dari kejahatan lawan.” Sikap tulus, ucapannya, serius bekerja, berani menghadapi persoalan, istiqomah, dan teguh menghadapi tentangan dari dalam mahupun dari luar adalah ciriciri khas Ustadz Umar Tilmisani.
Dalam dialog terbuka di kota Isma’iliyah yang dihadiri Ustadz Umar Tilmisani dan disiarkan secara langsung di radio dan televisyen, Presiden Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai dalang fitnah sekretariat. Anwar Sadat juga melontarkan tuduhan palsu lainnya kepada Ikhwan. Tidak ada pilihan bagi Ustadz Tilmisani kecuali berdiri menjawab tuduhan Anwar Sadat, “Siapa pun yang berlaku zalim kepadaku, maka biasanya saya laporkan (adukan) kepada Anda. Kerana Anda rujukan tertinggi – setelah Allah Ta’ala— buat orang-orang yang mengadu.
Sekarang, kezaliman itu datang dari Anda, kerana itu saya adukan Anda kepada Allah Ta’ala.”
Mendengar itu semua, Anwar Sadat terkejut dan gementar, kemudian meminta agar Ustadz Umar Tilmisani menarik kembali pengaduannya. Ustadz Tilmisani menjawab dengan tegas, sopan, dan menegaskan, “Saya tidak mengadukan Anda kepada pihak yang zalim, tapi kepada Zat Yang
Maha Adil. Dialah yang mengetahui segala yang saya katakan!”
Gaya Hidup Syaikh Umar Tilmisani
Gaya menawan dalam dialog yang mewarnai setiap tindakan Syaikh Umar Tilmisani bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Itulah ciri khas yang melekat pada ucapan, perilaku, akhlak, dan interaksinya; baik dengan individu, jamaah, pemimpin, penguasa, dan majoriti manusia, tanpa
membeza-bezakan orang kecil atau orang besar, orang miskin atau orang kaya. Syaikh Umar Tilmisani sangat meyakini prinsip Ikhwanul Muslimin yang diambil dari Al-Qur’an, As-Sunah, dan ijma’ para ulama’.
Jamaah Syaikh Umar Tilmisani
Syaikh Umar Tilmisani berpendapat, Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah gerakan Islam yang tulus dan murni. Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Orang yang menghayati langkahlangkah Ikhwanul Muslimin, semenjak penubuhannya pada tahun 1347 H./I928 hingga hari ini, tidak akan menjumpai sesuatu pun kecuali serangkaian pengorbanan berkesinambungan untuk menegakkan aqidah, potensi optimum yang produktif di semua sektor kegiatan sosial, berkeupayaan mengukuhkan ikatan persaudaraan antara berbagai-bagai bangsa muslim, dan usaha menyebarkan perdamaian
di seluruh negara.
Ikhwanul Muslimin diperangi berbagai aliran; baik dari dalam mahupun luar negara. Meskipun demikian, Ikhwanul Muslimin tidak pernah sekali-kali berusaha menyebarkan fitnah, memecah-belahkan persatuan, menghancurkan lembaga-lembaga lain, berdebat secara anarkis, atau
menbuat fitnah untuk menjatuhkan seseorang.”
Ciri khas lain Syaikh Umar Tilmisani ialah menyejukkan, membangunkan aktiviti, dan dasar interaksinya yang setia, meskipun terhadap orang yang tidak pernah mahu sepakat, bahkan memerangi Ikhwanul Muslimin.
Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, “Muslim tidak mengenal istilah ‘agama milik Allah Ta’ala dan tanah air milik semua orang.” Setiap muslim meyakini segala yang ada di alam ini milik Allah Ta’ala semata. Siapa yang berusaha mengubah makna ini merupakan penipu yang ingin merampas
sumber kekuatan negara, agar mudah dikhianati. Orang muslim tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Mereka yakin sepenuhnya pemerintah tidak mempunyai hak bersama Allah Ta’ala., sebab apabila diyakini pemerintah mempunyai hak bersama Allah Ta ‘ala, maka
pemerintah menjadi sekutu bagi-Nya. Sedang muslim tidak mengakui kemusyrikan dalam bentuk apa pun.”
Sifat Zuhud, Tawadhu, dan Sederhana Syaikh Umar Tilmisani
Ustadz Umar Tilmisani adalah dai, murabi, dan pemimpin yang hidup secara tulus dengan Allah Ta ‘ala, berjuang untuk menegakkan agama-Nya, aktif dalam dunia dakwah, bersabar, selalu meningkatkan kesabaran, berjaga, berjihad, berpegang teguh pada tali agama Allah
Ta’ala yang kukuh, dan bekerjasama dengan mujahid yang tulus, baik ketika menjadi perajurit atau pemimpin, di penjara atau di luar penjara.
Beliau tidak pernah mengubah sikap, pembohong, menyimpang, tamak terhadap keindahan dunia dan kuasa. Beliau meninggalkan kehidupan yang penuh dengan bunga-bunga dunia, untuk menghadap Allah Ta ‘ala.
Beliau tinggal di apartment yang sangat sederhana dan bersyukur dengan hidupnya, tanpa memaksakan diri. Saya sedih hingga air mataku ingin keluar membasahi pipi, tapi saya berusaha menahannya kerana khuatir beliau menyedarinya. Apalah ertinya kita jika dibandingkan dengan
orang-orang yang telah dibebaskan imannya dari penyakit cinta dunia, dan mengorbankan apa saja untuk memperjuangkan agama! Apartment Syaikh Umar Tilmisani berada di lorong sempit Komplek Al-Mulaiji Asy-Sya’biyah AI-Qadimah, wilayah Ath-Thahir Kairo. Tangga menuju ke kediamannya sudah tua dan usang, dan perabotnya sangat sederhana. Padahal beliau berasal dari keluarga yang kaya-raya dan berstatus tinggi. Ini semua mencerminkan kezuhudan, kesederhanaan, dan
ketawadhuannya.
Syaikh Umar Tilmisani dicintai pemuka masyarakat Mesir di semua lapisan. Orang-orang Qibthi juga mencintai dan menghormatinya. Bahkan ahli kerajaan pun amat menyeganinya dan mengakui sifat-sifat mulianya.
Seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menganggapnya sebagai contoh teladan, berlumba-lumba untuk menimba ilmunya, dan berebut untuk melaksanakan seruannya. Ini kerana cinta kepada Allah Ta ‘ala
merupakan landasan interaksi mereka, penerapan syariatNya merupakan target mereka, dan keredhaanNya tujuan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke berbagai-bagai negara Islam; baik Arab maupun non-Arab, dan kaum muslimin di tempat pengasingan, adalah penglipur lara luka-luka umat, sekaligus memberi bimbingan untuk kaum muslimin dalam melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk agama,
umat, dan tanah air mereka.
Seluruh kajian, ceramah, dialog, nasihat, bimbingan, dan ucapan Syaikh Umar Tilmisani memberi motivasi kepada umat, terutama para pemuda, intelektual, dan golongan ulama, agar memikul tanggungjawab dan menunaikan peranan dalam mengembalikan kejayaan Islam, sesuai dengan
posisi dan bakat masing-masing. Inilah tugas dai di setiap masa dan tempat, sebab inilah risalah yang dibawa oleh para rasul yang diwariskan kepada ulama, aktivis pergerakan, dai yang tulus, dan kaum
mukminin yang ikhlas.
Karya-Karya Syaikh Umar Tilmisani
Ustadz Umar Tilmisani menyumbangkan khazanah pemikiran Islam menerusi beberapa karya tulisan dalam beberapa tema. Antara karyanya yang paling terkenal ialah:
1. Syahidul Mihrab ‘Umar Ibnu Al-Khathab.
2. Al-Khuruj Minal Ma’zaqil Islamir Rahin.
3. Al-Islamu wal Hukumatud Diniyah.
4. Al-Islamu wal Hayah.
5. Araa Fid Din Was Siyasah.
6. Al-Mulhimul Mauhub Hasanul Banna; Ustadzul Jil.
7. Haula Risalah (Nahwan Nur).
8. Dzikrayat La Mudzakkirat.
9. Al-Islam wa Nazhratuhus Samiyab Lil Mar’ah.
10. Ba’dhu Ma ‘Allamanil Ikhwanul Muslimun.
11. Qalan Nasu Walam Aqulfi Hukmi ‘Abdin Nasir.
12. Ayyam Ma’as Sadat.
13. Min Fiqhil I’lamil Islami.
14. Min Sifatil ‘Abidin.
15. Ya Hukkamal Muslimin, Ala Takhafunallah?.
16. Fi Riyadhit Tauhid.
17. La Nakhafus Salam, Walakin
.
Ditambah lagi karya tulisan berupa prakata redaksi didalam majalah Ad-Dakwah Al-Qahiriyah, makalah tentang persoalan Islam yang dimuatkan dalam berbagai-bagai majalah dan surat khabar, ceramah di seminar; baik di negara-negara Arab, Islam, maupun Barat, kajian, dan bimbingan
yang disampaikan dalam program-program Ikhwan. Komentar Umum tentang Syaikh Umar Tilmisani
Dalam bukunya, ‘Umar Tilmisani Al- Mursyid Ats-Tsalis Lit Ikhwan Al-Muslimun, Ustadz Muhammad Said Abdur Rahim menyatakan, ” Thaghut (penguasa zalim; Abdun Naser) meninggal dunia, lalu para tahanan yang meringkuk di dalam penjara selama bertahun-tahun dikeluarkan, Ujian
yang menimpa mengukuhkan jiwa, dan menguatkan tekad mereka. Fizikal mereka memang menjadi lemah, tetapi ruh mereka semakin rindu kepada apa yang ada di sisi Allah Ta ‘ala dan menganggap dunia tidak ada ertinya. Bahkan, ketakutan hilang dari hati mereka. Mereka keluar dari
penjara menjadi manusia yang istiqomah dan kukuh, laksana gunung-ganang kerana di penjara mereka menghafal AI-Qur’anul Karim dan menimba ilmu. Dalam penjara, mereka berjaya menundukkan syahwat dan mengenal watak asli manusia. Benar, penjara menjadi madrasah dan guru
yang memberi lebih banyak kepada mereka, daripada yang diminta dari mereka.
Di antara orang yang keluar dari penjara ialah Ustadz Umar Tilmisani. Allah Ta ‘ala menyiapkannya memimpin Jamaah pada fasa itu. Beliau merupakan pemimpin yang sanggup menakhodai bahtera yang sedang mengharungi gempuran badai samudra dengan bijaksana, sabar, tenang, dan lembut disertai keteguhan iman dan semangat waja.
Pada zaman kepimpinan Syaikh Umar Tilmisani, dakwah berkembang pesat melebihi masa-masa sebelumnya. Para pemuda yang ingin tahu kepada Islam, hingga semangat keislaman menjadi warna dominan di berbagai kampus dan persatuan, bahkan di Mesir secara keseluruhannya. Beliau
mampu menakhodai bahtera secara piawai, tangkas, dan profesional. Dan hasilnya, bahtera dapat melintasi berbagai-bagai perangkap dan gelombang bahaya, hingga akhirnya tiba di pantai yang aman. Umar Tilmisani — rahimahullah- mengalami berbagaibagai ujian dan menghabiskan sekitar dua puluh tahun umurnya di penjara. Beliau tabah dan sabar menghadapi penyeksaan dari penjaga penjara. Meskipun mendapat siksaan keras dan perlakuan kasar dari penjaga penjara, lisannya tidak pernah bosan berzikir kepada Allah Ta ‘ala dan mengajak saudara-saudaranya bersabar dan istiqomah. Bahkan, lisannya tidak pernah mengucapkan kata-kata keji kepada penjaga penjara dan
orang-orang yang menzaliminya. Beliau menyerahkan urusan mereka kepada Allah Ta ‘ala kerana Dialah sebaik-baik pihak yang diserahi. Kembali ke Rahmatullah Ustadz Umar Tilmisani pulang ke rahmatullah pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406, bersamaan dengan 22 Mei 1986 di rumah sakit,
kerana menderita sakit, dalam usia hampir 82 tahun.
Syaikh Umar Tilmisani disolatkan di Masjid Jami’ Umar Mukarram, Cairo, dengan dihadiri pelawat yang jumlahnya mendekati seperempat juta manusia. Bahkan ada yang mengatakan setengah juta manusia dari penduduk Mesir dan utusan yang datang dari luar Mesir. Alhamdulillah, Allah Ta’ala memberikan kesempatan padaku untuk ikut melawat beliau bersama beberapa Ikhwan dari negara-negara Arab. Inilah biografi ringkas Ustadz Umar Tilmisani, Mursyidul Am Ketiga Ikhwanul Muslimin, Semoga Allah Ta ‘ala menerima dan memasukkannya ke dalam golongan hamba-hamba- Nya yang shalih, serta menyertakan kita bersama mereka disisi-Nya.
sumber
0 comments