Imam Syafie Rahimahullah
15:40Umur 7 tahun telah hafal Qur'an, umur 10 tahun hafal kitab hadis 'Al-Muwaththa" karangan Imam Malik, dan umur 15 tahun telah diizinkan memberi fatwa.Di antara gurunya di Mekkah, Soufyan bin Uyainah dan mufti Muslim bin Khalid Az-Zanji. Umur 20 tahun pindah ke Madinah, memperdalam ilmunya dengan belajar kepada Imam Malik. Kemudian berangkat ke Irak, menemui sahabat-sahabat Abu Hanifah dan mengambil ilmu dari mereka. Mengadakan perjalanan ke Parsi, Irak bahagian Utara dan berbagai negara. Sesudah dua tahun mengembara, menetap di Madinah selama dua tahun, yakni tahun 172-174 H. Dari perjalanan ini, ilmu pengetahuan dan pengalamannya bertambah, terutama mengenai masalah kehidupan dan tabiat manusia.Pada 195. H, pindah ke Baghdad, mengajar dan mengarang beberapa kitab. Selama dua tahun di situ, banyak orang berpindah mazhab kepadanya. Pendapatnya selama di Baghdad dinamakan dengan "Qaul Qadim" (pendapat lama).
Belakangan pindah ke Mekah dan sesudah dua tahun di situ, pada tahun 198, kembali menetap di Baghdad, kemudian ke Mesir dan memperdalam ilmunya di perguruan tinggi Al-Azhar, Kairo. Pendapat dan fatwanya selama di Mesir dinamakan "Qaul Jadid" (pendapat baru).
Beberapa alim-ulama menuangkan buah pikirannya dalani berbagai kitab pengetahuan. Di antara yang terkenal mengutip ilmunya, adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, Abu Ibrahim Ismail dan Ar-Rabi'. Demikian pula belajar kepadanya Asyhab dan Ibnu Qasim dari sahabat Malik.As-Syafi’i adalah scorang imam mujtahid yang banyak diikuti alimulama, Wali yang saleh, seorang suku Quraisy yang amat dalam ilmu pengetahuannya, terutama mengenai hadis.
Dialah yang dimaksud Rasulullah SAW dengan sabdanya:"Dialah orang alim dari suku Quraisy yang ilmunya memenuhi seluruh tingkatan bumi."Ia pernah melihat Nabi SAW dan beliau memberinya sebuah neraca. Peristiwa ini ditafsirkan orang bahwa mazhabnya adalah paling adil di antara semua mazhab, dan lebih sesuai dengan Sunnah.As-Syafi’i pernah berkata : "Saya tidak pernah makan kenyang sejak berumur 16 tahun, kerana banyak makan itu akan memberatkan badan, mengeraskan hati, mengurangi kecerdasan, menumpulkan otak, membawa kepada tidur dan melemahkan kemauan untuk beribadah.
Saya tidak pernah bersumpah seumur hidup, baik untuk kebenaran maupun tidak."Ditanya orang beberapa masalah, kadang-kadang beliau diam, tidak berkata sepatah pun. Dan ketika ditanya orang, kenapa diam, As-Syafi’i menjawab: "Aku diam sampai aku tahu mana yang lebih baik diam atau bercakap." Doanya makbul, dan tidak pernah diketahui orang bahwa ia tidak pernah membuat dosa kecil ataupun besar.
Satu hal yang luar biasa yang tidak dimiliki mujtahid lain, ialah kebijakannya mengambil dalil hukum dan komentarnya tentang qaul jadid.Beliau wafat pada waktu.Asar, hari Jum'at bulan Rajab 204 H, dan dikebumikan di Qarafah.
Beberapa tahun kemudian, orang ingin hendak memindahkan jenazahnya ke Baghdad. Tetapi ketika kuburannya di bongkar, terciumlah bau yang harum dari dalamnya, sehingga pemindahan jenazahnya itu dibatalkan.
Diantara keramatnya, beberapa saat lagi akan wafat, banyak sahabatnya yang menjenguk. Kepada sahabatnya itu: As-Syafi’i berkata: "Anda, wahai Abu Ya'kub, anda akan mati di Mesir, dan anda wahai Ibnu Al Hakam, kembalilah ke mazhab ayahmu dan anda wahai Rabi’, paling bermanfaat dalam menyebar luaskan kitab-kitabku. Bangkitlah wahai Abu Ya’kub."Sesudah itu, ia pun berdiri menyalami seorang demi seorang, kemudian ia pun wafatlah dengan tenangnya.
0 comments