Biografi Hana Tajima
02:12Hana Tajima Simpson, siapa fashionista Inggeris yang tak mengenalnya? Lama bergelut dengan dunia mode, ia kini menekuni lini busana Muslimah trendy namun tetap syar'i, dengan label Maysaa.Busana-busana rancangannya kerap diulas majalah mode negeri itu. Bahkan, majalah sekelas Vogue pun pernah mempamerkan kreasinya.Ciri rancangan Hana adalah simpel, mengikuti tren, dan tentu saja, tetap syar'i. Rancangannya jauh dari kesan bahawa pakaian Muslimah itu harus kedodoran, padanan warnanya norak, dan tak rapi."Menjadi Muslimah di negara barat dapat sedikit enakutkan. Anda tahu, busana juga boleh mencipta sesuatu yang akan membantu Muslimah di mana-mana terus termotivasi untuk tetap mengenakan hijab tetapi juga "diterima" kerana pakaian mereka, "ujarnya.Hana belajar dari pengalamannya. Ia menjadi mualaf lima tahun lalu. Sejak bersyahadat, ia memutuskan untuk berpakaian Muslimah. "Seluruh pakaian masa lalu, saya wariskan pada adik perempuan saya," ujarnya.Ia memadupadan sendiri penampilannya. Hingga akhirnya ia sedar, harus berbuat sesuatu untuk "mendandani" Muslimah. Maka ia merintis blog fashion, sebelum akhirnya membuat majalah mode dan lini produk sendiri, Maysaa.Mengorek masa lalu Hana, tak semudah mencari artikel tentang karya-karyanya. Ia memang tak begitu suka mengumbar kisah peribadinya. Hana hanya memberi sedikit bocoran: ayahnya, Tajima, berasal dari Jepun dan ibunya dari Inggeris. Mereka kemudian menetap di London.Ia menjadi Muslim saat menginjak bangku kuliah. Hana menyatakan, ia muak dengan kehidupan anak muda London yang tak boleh lepas dari pub dan pergaulan bebas. Dia sendiri mengaku sangat berminat pada falsafah.Suatu ketika, ia mengaku bingung dengan kehidupannya. Bukan ikut-ikutan rakan-rakannya lari ke pub, ia memilih untuk menenggelamkan diri melahap buku-buku falsafah. Juga isu-isu gender."Semakin banyak saya membaca, semakin saya mendapati diri saya setuju dengan idea-idea Islam," ujarnya. Namun saat itu ia masih tidak mahu menjadi Muslim. "Hingga tiba di suatu titik di mana saya tidak boleh mengatakan tidak pada diri saya tentang kebenaran agama ini, maka saya bersyahadat," ujarnya.Hana mulai mengenakan tudung di hari yang sama ia bersyahadat. "Pada peringkat peribadi, itu adalah cara yang baik untuk membezakan apa yang telah terjadi sebelumnya dalam hidup saya, dengan apa yang akan terjadi di depan saya," ujarnya.Ia pergi bersyahadat di antara sang adik yang bekerja sebagai seorang jurugambar. Sepanjang perjalanan, ia menjadi objek fotografi adiknya.Pada awal berjilbab, ia merasa "keluar dari diri saya". Padahal, ia sudah merancang busana-busananya - Hana menjadi perancang sejak usia belia - senyaman mungkin. "Ada hari-hari ketika saya mendapatkan seseorang memberi saya tatapan kritis, tapi saya tahu kenapa inilah salah satu risiko penegasan malar dari apa yang saya percaya," ujarnya.Bahkan di lingkungan teman dekatnya, semua agak berubah menjadi canggung setelah ia bertudung. "Ketika aku menjadi lebih selesa dengan itu semua, orang-orang lebih santai. Pada umumnya mengambil masa sekitar 5 minit bagi seseorang untuk berhenti berfikir 'mengapa ia memakai hal di atas kepalanya' dan benar-benar berkomunikasi dengan kita secara wajar, "ujarnya.Seiring dengan itu, ia membuat blog StyleCovered, mengandungi panduan berjilbab. Ia mengambil arus yang berbeza berdasarkan pengalamannya: busana casual yang simpel, hampir seperti "busana sopan" yang dikenakan wanita lain sehari-hari. Dengan gaya busana ini, orang lain tak akan "terkejut" atau canggung.Tak diduga, blognya laris manis dan jadi rujukan Muslimah tak hanya di Inggeris tapi juga berbagai negara. Ia pun mulau rajin mengeluarkan rancangan-rancangannya sendiri.Ia mengaku banyak terinspirasi Muslimah Indonesia dalam merancang busana. "Saya mendapatkan inspirasi begitu banyak dari gadis-gadis Indonesia yang memakai tudung. Cara mereka memadankan warna tidak seperti tempat lain, dan itu sesuatu yang saya sedang cuba untuk dimasukkan ke dalam gaya saya sendiri, "ujarnya.Kini, ia menjadi ikon baru generasi muda Inggeris. Muda, energik, modis, dan ... Muslim.
0 comments