Biografi H.Ilyas Ya'kub
12:03Nama | H.Ilyas Ya’kub |
Tempat Tanggal lahir | Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 1903 |
Wafat | Koto Barapak, 2 Agustus 1958 |
Makam | Masjid raya Al-Munawarah Koto Barapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat |
Penghargaan | Pahlawan melalui Surat Keputusan Presiden No. 074/TK/1999 bertanggal 13 Agustus 1999 Bintang Mahaputra Adipradana |
Aktivitas | Ulama,tokoh agama,aktivis politik Mendirikan lembaga pers sejak masa pendidikan di perguruan tinggi di Timur Tengah Pendiri partai politik PERMI Pemimpin Redaksi Majalah Medan Rakyat Ketua Perkumpulan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia (PMIM) di Mesir Wakil ketua organisasi sosial politik Jam’iyat al-Khairiyah Ketua organisasi politik Difa` al-Wathan (Ketahanan Tanah Air). |
Jabatan | Ketua DPR Provinsi Sumatera Tengah merangkap penasehat Gubernur |
Pendidikan formalnya dimulai di Gouvernements Inlandsche School. Setelah itu ia berprofesi sebagai juru tulis di perusahaan tambang batu bara Ombilin Sawahlunto Sijunjung tahun (1917 – 1919). Ia keluar dari perusahaan karena protes akibat perlakuan pimpinan perusahaan yang sewenang-wenang terhadap pekerja pribumi.
Hi Ilyas Ya’kub kemudian memperdalam ilmu agama dengan Syekh Haji Abdul Wahab hingga diajak gurunya ke Mekah dan untuk memperdalam ilmu agamanya. Tahun 1923 berkelana ke Mesir dan belajar di universitas. Selama di Mesir beliau terlibat aktif dalam pergerakan nasional dan keagamaan. Beliau aktif dalam partai politik Hizb al-Wathan yang didirikan oleh Mustafa Kamal Perkumpulan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia (PMIM) di Mesir, wakil ketua Jam’iyat al-Khairiyah dan ketua organisasi politik Difa` al-Wathan.
Selain aktivitasnya dibidang politik, beliau juga aktif sebagai penulis di beberapa harian Kairo. Isi tulisannya sangat menentang kolonialisme dan imperalisme, bahkan sempat mendirikan Majalah Seruan Al-Azhar dan Majalah Pilihan Timur yang banyak dibaca mahasiswa asal Indonesia dan Malaysia di Mesir. Akibatnya Hi Ilyas Ya’kub menjadi incaran pemerintah kolonial Belanda dan di cap pemberontak.
Beliau kembali ke tanah air tahun 1929 dan langsun menjalin komunikasi dengna teman-teman seperjuangan di PNI dan PSI. Ia berupaya menggabungkan perjuangan melalui jalur politik dan jurnalisme . Dibidang politik beliau mendirikan PERMI dan dibidang jurnalisme mendirikan Tabloid Medan Rakyat. Sikap politik PERMI sangat anti kolonialisme dan tak kenal kompromi dengan penjajah. Sementara Tabloid Medan Rakyat juga selalu mengkampanyekan anti kolonialisme dan menjadi corong bergerakan.
PERMI awalnya bernama PMI (Partai Muslimin Indonesia) didirikan Haji Ilyas Ya’kub tahun 1930. PMI ini berbasis pada lembaga pendidikan Islam Sumatera Thawalib dan Diniyah School. Awal pendiriannya adalah pemberdayaan sekolah agama yang lebih modern dilihat dari kurikulum, sistem penjenjangan program, durasi masa pendidikan, perlindungan kepada pelajar serta mengorganisasikan sekolah agama sebagai basis perjuangan kemerdekaan dan sentra pencerdasan bangsa dengan pengatahuan Islam dan kebangsaan. PMI kemudian melaksanakan Kongres di Koto Marapak (Bayang Pesisir Selatan) dihadiri oleh seluruh pengurus cabang se Sumatera seperti dari Tapanuli Selatan, Bengkulu, Palembang dan Lampung . Di antara keputusan Kongres Besar, PMI diubah namanya menjadi PERMI yang dicap Belanda sebagai partai Islam radikal revolusioner.
Karena dianggap membahayakan, Belanda kemudian menyatakan PERMI terlarang dan seluruh pengurus serta pengikutnya harus ditangkap. Haji Ilyas Ya’kub bersama dua temannya Mukhtar Luthfi dan Janan Thaib ditangkap dan dipenjarakan. Setelah 9 bulan di penjara Muaro Padang, ia diasingkan selama 10 tahun (1934-1944) ke Bouven Digul Irian Jaya bersama para pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia lainnya. Selama di Digul Haji Ilyas Ya’kub didampingi isteri Tinur sering sakit-sakitan. Masa awal penjajahan Jepang di Indonesia pun, para tahanan Digul semakin memprihatinkan, mereka dipindahkan lagi ke daerah pedalaman Irian Jaya di Kali Bina Wantaka kemudian diasingkan pula ke Australia. Ia senantiasa dibujuk van der Plas dan van Mook (Belanda), namun semangat nasionalis dan Islamnya tidak pernah pudar memotivasi pembangkangannya dalam menentang penjajah dan menggerakkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia.
Bulan Oktober 1945 para tahanan dipulangkan dari Australia ke Indonesia dengan kapal Experence Bey Oktober, namun Haji Ilyas Ya’kub kembali ditahan dan diasingkan bersama isteri selama 9 bulan berpindah-pindah di Kupang, Serawak, Brunei Darussalam, kemudian ke Labuhan, Singapura. Satu tahun Indonesia merdeka (1946) barulah habis masa tahanan dan Haji Ilyas Ya’kub, ia kembali bergabung dengan kaum republik sekembali dari Cerebon. Ia ikut bergrillya pada Agresi militer II (1948) dan ikut membentuk PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) yang kemudian dipimpin oleh Mr. Safruddin Prawiranegara. Ia mendapat tugas menghimpun kekuatan politik (seluruh partai) di Sumatera untuk melawan agresor Belanda. Tahun itu ia menjabat ketua DPR Sumatera Tengah kemudian terpilih lagi sebagai anggota DPRD wakil Masyumi dan merangkap sebagai penasehat Gubernur Sumatera Tengah bidang politik dan agama.
Hi Ilyas Ya’kub wafat hari Sabtu, 2 Agustus 1958 jam 18.00 wib, meninggalkan 11 orang anak, Kepahlawanan Ilyas Ya’kub juga diabadikan dengan pemberian namanya kepada gedung olahraga dan jalan serta dibangun sebuah patung di perapatan jalan di gerbang kota Painan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Indonesia). Beliau dimakamkan di depan mesjid raya Al-Munawarah Koto Barapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
0 comments